Semanis Gula, Segurih Kelapa

loading...

Meteorit Terjatuh di Duren Sawit

Ledakan itu tidak meninggalkan radiasi.

JAKARTA -- Hujan meteor yang mengguyur bumi beberapa pekan ini rupanya mampir juga ke Jakarta. Dua hari lalu, tiga rumah di Duren Sawit, Jakarta Timur, hancur akibat hantaman keras benda luar angkasa yang diduga kuat oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan) sebagai meteor.


Benda antariksa itu menghancurkan rumah Sudarmojo di Jl Delima IV, Gang II, Malakasari, Kamis (29/4) sore. Polisi menemukan serpihan debu yang diduga berasal dari meteor dan kayu di belakang rumah Sudarmojo, Jumat (30/4). Tumbukan yang menghantam dinding juga meninggalkan dua lubang berdiameter 30 cm. Semua barang bukti itu telah diamanakan Kanit Reskrim Polsek Duren Sawit, Iptu Diah Tin Agustian.

Peneliti Astronomi dan Astrofisika Lapan, Thomas Djamaluddin, menduga, benda langit itu menerjang rumah Sudarmojo dan jatuh menghantam atap rumah di belakangnya. ''Diduga kuat itu meteor,'' kata Thomas, di lokasi seusai memeriksa rumah Sudarmojo.

Ia menambahkan, benda itu tidak terdeteksi radar Lapan. Jika benda antariksa seperti satelit dan pecahan roket, jelas Thomas, masih tertangkap [radar Lapan].

Abdurrahman, peneliti matahari dan antariksa Lapan, menegaskan, benda yang menghancurkan rumah Sudarmojo dan dua rumah tetangganya itu merupakan benda alami, bukan buatan. Dari pengamatannya di lokasi, ada efek tekanan meteor dan efek panas, yang dibuktikan dengan meleleh dan terbakarnya benda plastik.

Lebih jauh Thomas menjelaskan, benda antariksa memiliki suhu 100 derajat Celcius. Suhu bertambah ketika memasuki atmosfer bumi pada ketinggian 100 km.

Sama halnya dengan Lapan, Menteri Riset dan Teknologi, Suharna Suryapranata, menduga kuat benda antariksa itu meteor. Ia juga mengatakan, Badan Pengawas Tenaga Nuklir sudah menyatakan tidak ada radiasi. ''Nanti akan ada laporannya dari berbagai instansi,'' katanya.

Saksi mata Suwardi mendengar suara desingan yang disusul bunyi benturan keras seperti dentuman. ''BRUUKKKK ...! begitu suaranya,'' kata Suwardi. Tiba-tiba, rumahnya dihujani serpihan batu genting.

Dia segera keluar dari rumahnya. Lelaki 71 tahun itu menyaksikan serpihan genting rumah milik tetangganya, Sudarmojo, berserakan di depan rumahnya. Kayu kusen genting juga terlihat di mana-mana. Suwardi meyakini ledakan berasal dari dalam rumah. ''Terutama dari lantai dua,'' tuturnya.

Pecahan genting rumah Sudarmojo juga mengenai dua rumah sebelah barat dan timur rumahnya. Pertama adalah rumah Kusnadi yang atapnya hancur. Reruntuhannya memenuhi tiga kamarnya. Kusnadi pun jadi korban tertimpa potongan kayu.

Rumah Marzuki terkena timpahan batu genting Sudarmojo. Rumah itu kosong, karena penghuninya sedang pergi. Saat ini mereka tidak dapat menghuni rumahnya.

Kusnadi dan keluarganya, juga Marzuki, mengungsi ke rumah tetangga. Sementara itu, Sudarmojo beserta istrinya mengungsi ke rumah anaknya di Bumi Malaka Asri.

Rumah Sudarmojo rusak parah. Ketika masuk rumahnya, Sudarmojo melihat meja makannya hancur. Lantai rumahnya penuh dengan reruntuhan yang menggunung. Kompresor pendingin udara rumahnya nyaris jatuh. ''Atap rumah saya bolong,'' tuturnya.

Meteor jatuh bukan barang baru di Indonesia. Pada 8 Oktober 2009, meteor jatuh kemudian meledak di laut dekat Kota Bone, Sulawesi Selatan. Badan Antariksa Amerika Serikat memperkirakan, ledakan meteor Bone ini berkekuatan tiga kali bom atom Hiroshima. Pada 2 Januari 2008, ledakan meteor juga terjadi di Gianyar, Bali.

Sumber: Republika
Back To Top