Semanis Gula, Segurih Kelapa

loading...

Rakyat, Di Antara Desing Peluru Aparat

Ilustrasi/Okezone
DARAH anak negeri terus membanjiri bumi pertiwi. Ironisnya, nyawa mereka melayang di tangan aparat yang mestinya mengayomi dan melindungi rakyat. Demontrasi rakyat dibalas rentetan peluru dari senjata yang dibeli dari uang mereka. Rakyat kembali menjadi korban oleh arogansi aparat membubarkan aksi massa.
Seperti yang diberitakan beberapa media, hingga kemarin, setidaknya empat orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka setelah aparat Polres Bima yang didukung Satuan Brimob Polda Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (24/12) pagi, membubarkan paksa unjuk rasa ribuan warga disertai blokade ruas jalan menuju Pelabuhan Sape, Kabupaten Bima, NTB.

Aksi pendudukan akses jalan menuju Pelabuhan Sape oleh ribuan petani dan pemuda dipicu adanya Surat Keputusan Nomor 188/45/357/004/2010 yang berisi pemberian izin kepada PT Sumber Mineral Nusantara (SMN) dan PT Indo Mineral Persada untuk mengeksplorasi lahan di Bima seluas 24.980 hektare.

Warga khawatir aktivitas pertambangan itu mengganggu mata pencarian mereka yang sebagian besar petani dan nelayan. Mereka khawatir mata air terbesar yang mengairi sawah dan menjadi sumber kehidupan masyarakat akan rusak oleh eksploitasi tambang.

Kronologis Bentrok
  • Senin, 19 Desember 2011
Pendudukan oleh warga berdampak pada lumpuhnya aktivitas ekonomi pelabuhan termasuk arus keluar masuk barang untuk daerah NTB dan NTT. Ratusan truk tak bisa menyeberang. Penumpang kapal harus menginap di pelabuhan karena mereka tidak bisa menyeberang.

Hari berganti hari. Pendudukan pelabuhan terus berlanjut. Lantaran telah mengganggu aktivitas ekonomi, pihak berwenang pun bertindak. Sedikitnya seribu personel polisi dan Brimob dikerahkan untuk membubarkan aksi warga yang sudah berlangsung sejak Senin lalu.
  • Kamis, 22 Desember 2011
Rribuan warga yang menuntut dicabutnya SK Bupati Bima Nomor 188 tentang Izin Pertambangan Emas di wilayah Lambu masih tetap bertahan. Warga mengancam akan terus menduduki pelabuhan hingga Bupati Bima mencabut SK Pertambangan tersebut.
  • Jumat, 23 Desember 2011
Ribuan polisi didatangkan menyusul belum dibukanya blokade oleh warga. Namun warga bergeming. Meski jumlah pasukan terus ditambah, warga tak gentar. Warga pun terus berdatangan ke pelabuhan. Mereka datang tidak dengan tangan kosong tapi membawa berbagai senjata tajam.
  • Sabtu, 24 Desember 2011
Sabtu pagi, polisi mempersiapkan berbagai persenjataan dan kendaraan taktis serta kawat berduri untuk membubarkan pendudukan. Polisi membubarkan pendudukan pelabuhan oleh warga. Polisi pun mengepung, menembaki, dan membubarkan unjuk rasa. Versi polisi, dua orang tewas, yakni Arif Rahman, 18, dan Syaiful, 17. Namun, menurut Wakil Ketua DPRD Bima H Najib, korban tewas empat orang, yakni Arif, Syaiful, Alamsyah, dan Ismail.

Aksi polisi membuat warga lari tunggang langgang. Suara tembakan di pagi hari itu mengakhiri pendudukan enam hari Pelabuhan Sape.


Tragedi Pelanggaran HAM di Mesuji
Insiden bentrok aparat versus rakyat di Bima, Nusa Tenggara Barat, menambah panjang daftar kekerasan aparat terhadap rakyat yang bahkan terjadi saat kasus tragedi pelanggaran HAM di Mesuji, Lampung, dan Sumatera Selatan belum selesai diselidiki. 

Tragedi Mesuji terungkap setelah perwakilan warga Mesuji, Lampung, mengadukan kasus ini ke komisi III DPR pada 14 Desember lalu.

Berdasarkan pengaduan masyarakat Mesuji, setidaknya ada 30 warga tewas sejak sengketa kepemilikan lahan sawit terjadi selama kurun waktu November 2010 - November 2011. Belakangan, Mabes Polri membantah dan menyebutkan korban tewas hanya sembilan orang.

Kasus Mesuji
6 November 2010
  • Terjadi bentrokan yang dipicu penertiban warga yang dituding merambah lahan sawit milik PT Silva Inhutani di Register 45, Mesuji, Lampung. Seorang warga, Made Asta, Tewas tertembak peluru aparat Polisi.
21 April 2011
  • Dua warga dan lima orang petugas keamanan PT Sumber Wangi Alam di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, tewas
10 November 2011
  • Kerusuhan di areal perkebunan sawit PT BSMI di Kecamatan Tanjung Raya, Mesuji, Lampung. Seorang warga, Jaelani, tewas tertembak dan enam lainnya terluka tertembus peluru tajam polisi.
  • Sengketa lahan sawit di Kabupaten Mesuji, Lampung terjadi di dua titik, yaitu antara warga Nipah Kuning, Keagungan Dalam, dan Sri Tanjung dengan PT BSMI, serta sengketa antara warga penghuni areal Register 45 dan PT Silva Inhutani (Elf)
Tag : Nasional
Back To Top