Judul : Sisi Gelap Pemilu 2009; Potret Aksesori Demokrasi Indonesia
Penulis : Ramdansyah
Penerbit : Rumah Demokrasi, Jakarta
Tahun : I, Maret 2010
Tebal : xxv + 419 halaman
Penulis : Ramdansyah
Penerbit : Rumah Demokrasi, Jakarta
Tahun : I, Maret 2010
Tebal : xxv + 419 halaman
Hajatan Pemilu 2009 memang sudah lewat, tapi catatan kelam tentang penyelenggaraan Pemilu 2009 masih terus bergulir.
Beberapa hari setelah penyelenggaraan Pemilu 2009, catatan buruk pernah dilontarkan oleh sebagian kalangan.
Semua lapisan masyarakat mencsata Pemilu 2009 syarat dengan kecurang dan sikap pimpinan Bawaslu tidak bergerak cepat.
Institusi sebesar Mahkamah Konstitusi, Komnas HAM, politisi, pengamat, dan LSM menyuarakan nada yang sama.
Kinerja KPU dan Bawaslu dinilai sangat tidak memuaskan, pun para peserta pemilu. Mereka menyuarakan nada sumbang bahwa penyelenggaraan Pemilu 2009 merupakan pemilu terburuk sepanjang sejarah.
Dalam kondisi yang demikian, proses berlangsungnya demokratisasi tentu saja membutuhkan kejujuran, keadilan, transparansi, keterbukaan, dan tentunya pengawalan.
Transparansi, kejujuran, keadilan, dan keterbukaan atas pemilu berada pada lembaga atau institusi yang bertanggung jawab menyelenggarakan pemilu, dalam hal ini tentu saja KPU dan Bawaslu.
Apa jadinya jika KPU dan Bawaslu justru menjadi sumber kebobrokan pemilu itu? Buku Sisi Gelap Pemilu 2009; Potret Aksesori Demokrasi Indonesia berusaha secara detail mengungkap fakta kecurangan dan kebobrokan Pemilu 2009.
Pada bagian jual-beli suara, Ramdansyah mengistilahkan dengan jual beli “eceran atau grosiran”. Jual-beli suara tidak hanya berlaku antarparpol, melainkan juga antarcaleg dengan berbagai modus. Masalah DPT juga menjadi sorotan khusus buku ini.
Diawali dari kasus di Pilgub Jatim yang sempat menjadi isu nasional dan berdampak pada penyelenggaraan Pileg dan Pilpres 2009. Pemilu 2009 diwarnai dengan banyak masyarakat yang tidak terdaftar dalam DPT. Kelemahan dalam DPT ini sering menjadi sumber kecurangan berbagai oknum, entah parpol atau institusi KPU.
Terbukti, di Pemilu 2009 banyak sekali muncul suara hantu (orangnya sudah meninggal tapi suaranya masih ada).
Buku ini menjadi acuan data dan fakta tentang gambaran bagaimana kebobrokan Pemilu 2009, yang ditulis oleh orang yang langsung terlibat di dalam penyelenggaran Pemilu 2009.
Berbeda dengan buku-buku tentang pemilu lainnya yang lebih berkutat pada tataran idealitas, catatan kelam Pemilu 2009 yang dihadirkan dalam buku ini jauh lebih komplet dan dalam karena didasarkan pada kekayaan data dan fakta di lapangan.
Meski kehadiran buku ini tidak berpengaruh pada hasil pemilu, setidaknya bisa menjadi bahan refl eksi dan evaluasi untuk penyelenggaraan pemilu mendatang.
Ramdansyah memberikan saran konkret tentang penyelenggaraan pemilu mendatang berdasarkan catatan dan pengalaman penyelenggaraan Pemilu 2009.
Di antaranya merekomendasikan atau mengusulkan amendemen UU dan keterlibatan KPK hingga tingkat bawah untuk melawan aksi politik uang atau kejahatan kerah putih yang menggurita di setiap penyelenggaraaan pemilu.
*Peresensi adalah Lailatul Tarwiyati, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
*Koran Jakarta
Tag :
Buku